Rabu, 26 Maret 2008

Masjid Ku Hari Ini



berapa lama ga posting....!!!
yaaa hati lebih damai.....
ada beberapa titik yang ingin saya utarakan sebagai orang jawa, dan yang harus njawani.
1. saya dilahirkan sebagai jawa, dan saya islam karena orang tua islam dan kini diusia yang menginjak 27 tepatnya 26+2 hari. kemaren baru ulang tahun saya. dan harus saya akui bahwa sekarang saya lebih mengenal Islam dan begaimana saya mesti bersikap sebagai orang islam.
2. sebagai orang islam saya harus bisa menjalankan syariat islam dengan benar dan tepat, dalam bahasa lain bener tur yo pener.
3.
bagaimanakah saya harus bersikap sebagai isalam dan sebagai jawa yang tentu dua sisi yang berbeda tetapi ada dalam satu jiwa saya,saya tak ingin dan tak akan pernah ingin untuk melakukan pemisahan antara keduanya, karena keduanya bagi saya seperti kanan dan kiri yang memberi arah pada setiap langkah kehidupan saya.

bahasan
1. Jawa dan Islam
secara kebetulan oh bukan kebetulan tapi beberapa orang menganggap ini sebagai sebuah kebetulan padahal bukan kebetulan kalu saya memang dilahirkan ditanah jawa. tentu Allah sudah menentukan dimana saya harus lahir dan dimana saya harus makan dan dimana saya harus belajar meneganal Nya sebagai sebuah entitas yang harus saya kenal dalam menjalani keimanan saya dan menaiki tahap dalam sebuah tingkatan religiusitas. saya dilahirkan ditanah jawa. sebuah negeri yang oleh Allah diciptakan kaya raya subur makmur dan melimpah damai sejahtera. (subur makmur gemah ripah low jinawi kerta raharjo.) andai saja negeri ini tidaklah dijarah rayah oleh penjajah tentu sekarang ini Jawa dan sekitarnya sudah berapa setingkat lebih tinggi dari kayangan suralaya yang dikisahkan oleh para dalang. oleh karena didikan ditanah jawa ini saya tercipta menjadi saya yang cinta dengan jawa( tentu saja masih dalam koridor mencintai Nya) saya sangat mencintai budaya jawa sehingga saya ketika mendapat didikan eropa dan budaya barat lainya lebih memilih dibilang tidak gaul dan ketinggalan jaman (yang menurut segolongan orang seusia saya westernisasi dianggap lebih maju walau dalam beberapa sisi memang demikian namun dalam sisi lain juga memang tidak lebih baik dari jawa saya), sbegai analogi adalah saya lebih mencintai campursari, klenengan, gamelan dan geguritan ketimbang jazz, RnB rock dll. itu membuat saya dibilang jadul dan ndesani serta tidak modern. lantas apakah medern diukur dengan itu???
saatnya saya harus berfikir bagaimana saya mencintai jawa dan lgu-lagunya, makanya ketika saya harus mencintai Allah dengan jawa saya saya lebih bisa enjoy dan betul-betul merasakan nikmatnya enjoy bermesraan dengan Allah dengan jalan ala jawa saya. ketika saya sholawatan dengan jawa saya saya lebih bisa mengenal Rasulullah ketimbang ketika saya sholawatan dengan bahasa arab. saat saya bisa enjoy kenapa saya harus diprotes ketika saya dengan jawa saya juga mencintai Allah. jika lagu qasidah saya kurang suka walau ada beberapa yang saya suka, apakah itu dosa dan salah dan apa bedanya? karena yang arab belum tentu islam, saya yakin jika nabi dilahirkan di jawa tentu beliau akan mencintai jawa. dan jangan keimanan seseorang diukurv dengan faseh tidaknya berbahasa arab atau mahir tidaknya ber Arab ria, tapi bagaimana manifestasi dari keislaman yang ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari yang lebih religius. saya jawa tapi saya islam dengan jawa saya. sepakat atau tidak sepakat terserah.

2 saya harus bisa menjalankan item satu pada sisi dan pada tempat yang pas kapan saya harus jawa dan kapan saya harus islam dan saya tidak mau lantas menjadi islam yang kemudian lupa dengan jawanya. boleh saya berpakaian dengan ala orang timur tengah dalam ber ISlam namuan saya yakin bahwa Allah itu bukan juri lomba fashion show atau juri lomba mpdeling yang membuat saya harus berbaik pakaian ketika saya menghadapnya. sepanjang saya menempatkan nasi pada ajang, baik itu ajang bathok, piring, pincuk, atau bahkan manngkok sepanjang tidak saya tempatkan pada loyang yang sedemikian luas sehingga nasi jadi tampak sedikit toh tidak berdosa? jadi saya mohon maaf jika saya dianggap kurang islam ketika saya harus mengenakan kaos oblong warna hitam ketika sholat dan saya menggunakan bahasa jawa ketika saya sholawatan. bukanya saya nggak mau atau malas atau tidak punya baju koko (atau baju taqwa)heran kadang saya dengan istilah baju taqwa apakah taqwa dianggap bisa diukur dengan baju, jadi saya pikir saya sudah benar ketika saya sebagai jawa tidak berfikir saya hebat ketika saya mengenakan bju koko dari pada saya mengenakan koko tapi saya tidak hebat, atau tidak menjadi hebat. analoginya seperti ini, saya toh tetap saya jika saya makan telo atau nasi dengan lauk ayam goreng, apakah saya akan menjadi londo atau orang barat yang hebat ketika saya makan kentang dengan fried chicken KFC atau pizza? walau saya makan pizza saya tetap saya yang jawa. wis to dengan jawa ini toh kita bisa sama hebatnya.

3. saya jawa dan islam. saya hanya ingin berusaha bagaimana saya harus dalam jawa saya menjadi islam. dan saya berusaha mengislamkan jawa saya dan tidak akan berusaha menjawakan islam saya karena jika saya jawakan islam saya saya menjadi orang yang akan membuat pizza menjadi nasi dengan lauk pauk ayam goreng, emooh aku...!!!
dalam kejawaan saya saya bersikap sebagai orang islam, saya tidak peduli saya ini merah, putih, kuning, abu-abu, yang penting saya islam. walau kita tau bahwa nabi menyukai warna putih dan hijau itu lebih disebabkan karena warna putih lebih menentang cahaya panas dan lebih mudah kering, serta melambangkan kesucian karena ketika kotor mudah terlihat, dan bisa segera dicuci, sedang warna hijau lebih menyejukan mata karena pigmen yang dibuat oleh allah warna hijau menjadi warna dedaunan yang melambangkan kesuburan dan kenikmatan saat memandangnya. serta hijau mengandung energi santai, relaxs, serta ketenangan. (tanpa saya mau mengunggulkan golongan yang menngunakan simbol warna hijau).

kesimpulan saya saya akan tetap jawa dan saya islam.

kampus net 27 Maret 2008
kamis wage.


salam sungkem dumateng sesepuh masjid At TAqwa pandana merdeka.

Tidak ada komentar: